My Ending Story
Cast : Catherine Johnson
and Kevin Calder
Inspired : Taylor Swift
MV
Recomended Song : The
Story of Us by Taylor Swift
Want to know my name? My name is Catherine
Johnson. Umurku 19 tahun. Aku seorang mahasiswa jurusan bahasa perancis di
sebuah universitas terkenal di negaraku. Tak banyak orang-orang yang bisa masuk
kedalam universitasku ini. Karena universitasku termasuk kedalam jajaran
universitas terbaik di amerika.
Sekarang, bolehkah aku berbangga sedikit?
Kau boleh bilang kehidupanku sempurna.
Orang-orang bilang aku cantik, pintar dan sangat anggun, berkepribadian menarik
dan sangat baik.
Itu semua opini dari orang-orang sekitarku.
Aku sama sekali tidak bermaksud untuk dibilang seperti itu. Gadis sempurna.
Itulah yang mereka katakan.
Aku berjalan masuk kedalam perpustakaan di
kampusku. Aku menarik salah satu bangku untuk duduk setelah mengambil beberapa
buku dari rak-rak tinggi yang mengelilingi ruangan ini. Well, ini adalah
perpustakaan. Wajar kan kalau didalamnya banyak sekali buku.
Kuambil kotak kacamata dari tas tanganku lalu
memasang kacamata untuk memperjelas tulisan yang akan kubaca.
Aku mulai membuka lembar demi lembar buku itu.
Buku yang sangat amat membosankan. Tulisan demi tulisan masuk kedalam mata dan
mengisi pikiranku, buku ini sama sekali tidak menyenangkan. Aku lebih suka
membaca novel langsung dari bahasa perancis daripada harus membaca buku ini.
30 menit aku berkutat dengan buku bacaanku.
Akupun menguap. "Aish.. Membosankan sekali" aku mendengus kasar.
Merasa semakin bosan, aku kembali mengalihkan
pandangan keseluruh ruangan perpustakaan untuk sedikit menyegarkan mata. Namun
mataku terpaku pada seorang sosok pria yang sedang duduk dibangku didekat
libraria, cukup jauh dariku. Tapi aku bisa melihatnya. Aku sangat mengenal
wajah itu. Wajahnya masih tetap tampan seperti dulu. Rambutnya sedikit ia
pangkas dan terlihat lebih rapi dari yang dulu.
Aku menatapnya tanpa mampu berkedip.
"Kevin" gumamku pelan. Saat aku
melihatnya semua memori yang berada diotakku kembali berputar. Segala yang
bersangkutan dengan dia terngiang dan teringat lagi di memoriku. Oh god, inikah
cobaan untukku?
Aku terus memperhatikannya selama beberapa
detik. Kacamata yang bertengger dihidungnya, hidung mancungnya, mata berwarna
hijau yang masih bisa kubayangkan kelembutannya.
For god sakes, I miss him!
"What should I do now?" Tanyaku
dalam hati masih memperhatikan pria itu.
Kevin melepaskan kacamatanya sejenak
kemudian menguap. Ia mengucek matanya untuk memperjelas penglihatannya setelah
memakai kacamata.
Sama sepertiku ia sedang mengalihkan
pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Dengan sigap aku mengambil buku tebal
dihadapanku lalu mengangkat dan menutup wajahku dengan buku itu. Ayolah, aku
tidak mau tertangkap basah sedang memperhatikannya.
"Fuh~" kuhela nafas sejenak
mengetahui ia kembali berkutat dengan buku-bukunya.
Aku menolehkan kepala kesamping kanan dan
kiriku. Well, mereka semua diruangan ini sedang berkonsentrasi dengan
buku-bukunya. Sedang mengerjakan tugas mungkin.
Dan aku bisa menjelaskan, siapa itu Kevin
Calder.
Flashback one year ago
Tepat hari ini, hubunganku dan Kevin tepat
berumur 6 bulan. Aku sangat mencintai Kevin. Dan aku tau dia pun begitu.
Hubungan kami semakin lama semakin
sempurna. Sosok Kevin yang sangat perhatian padaku ditambah dengan sifatku yang
sedikit cemburuan. Mungkin saja ini perpaduan yang aneh. Tapi aku menikmatinya.
Banyak orang-orang yang iri pada kami dan mengatakan bahwa mereka ingin menjadi
pasangan sesempurna kami. Aku hanya bisa tersenyum kecil untuk menenggapi.
"Hai honey~" sapa Kevin yang baru
saja menghampiriku diperpustakaan. Aku yang sedang mencari buku-buku pun
menghentikan aktivitasku dan langsung tersenyum kearahnya.
"Hello" balasku. Kevin langsung
meraih pinggangku untuk memelukku. "Sedang apa kau?" Tanyanya, aku
membalikkan badanku dan menjawab dengan malas "mencari buku. Memang
apalagi yang bisa dilakukan di perpustakaan?"
"Yeah... You can do anything's
here" jawabnya dengan senyum menggoda. Aku menggelengkan kepala tertawa.
"Hahaha, tidak! Jangan menghancurkan imej gadis perpustakaanku
Kevin!"
"Hahaha okay okay. I'm kidding"
"Kalau begitu, lebih baik kau ambilkan
buku diatas sana" suruhku sambil menunjuk sebuah buku berwarna merah yang
terletak beberapa jengkal dari kepalaku.
"Kenapa? Tidak sampai ya? :p" ia
malah meledekku sekarang. Maunya apasih pria ini! Aku memanyunkan bibir sok
marah.
"Baik baik, akan aku ambilkan"
katanya akhirnya. Dengan kakinya yang cukup panjang. Tentu saja, sangat mudah
bagi Kevin untuk menggapai buku itu. Ia meraih buku tebal berwarna coklat lalu
memberikannya padaku "here is it"
"Thank you hun~" ucapku berterima
kasih. Ia mengangkat alis "hanya
itu saja tanda terima kasihnya?" Kevin berkata.
"Hah? Maksudmu?" Aku
mengernyitkan alis pura-pura tidak mengerti, walaupun sebenarnya aku sudah tau
apa maksudnya.
"Kiss me now" ujarnya melembutkan
nada bicaranya dan menunjuk kearah bibirnya.
"No!"
"C'mon, no one here"
"I'm sorry, but I can't. I've told
you" aku kembali mempertegas kata-kataku.
"Okay. I approve it" katanya
menimpali. Nadanya terlihat malas. Aku menghela nafas lalu duduk dibangku
terdekat dari sana.
Kevin mengikutiku dan duduk disampingku.
Aku tak melihat ia membawa buku untuk dibaca. Ia duduk disampingku.
Beberapa menit aku membaca buku dengan
serius, aku tak melirik sedikitpun kearah Kevin yang masih duduk disampingku. Karena aku tak mau menghancurkan segala konsenstrasiku.
Aku membaca
sambil sesekali membolak-balikan halaman. And I feel something weird. Yeah,
sepertinya ada yang sedang memerhatikan kami. Aku mengangkat kepalaku untuk
melihat ke sekitar. Gotcha! Seorang gadis tertangkap sedang memperhatikanku
dengan pandangan sinis. Dia Mandy, aku sempat sekelas dengannya dalam beberapa
pelajaran. Dia selalu saja melayangkan pandangan jutek. Dan aku tak berhubungan
baik dengan dia. Well, aku tidak peduli.
“Something wrong
with me?” tanyaku menoleh kearah Kevin. “No. Why?”
Aku menggeleng
cepat dan berkata “Nothing”. Kemudian aku kembali membaca bukuku dan
mengabaikan Kevin lagi.
Merasa bosan,
Kevin akhirnya berdiri dan meminta izin padaku “Aku kesana dulu”
“Kemana?” tanyaku
“Looking for some
book” jawabnya. Aku mengangguk mengiyakan.
Ck, entah kenapa
aku merasa hubungan kami menjadi kaku akibat cek cok kecil yang terjadi sekitar
tiga puluh menit yang lalu. Ayolah. Ini demi kebaikanku dan kebaikan dia juga.
Aku tak mau tertangkap basah oleh Librarian sedang melakukan hal yang
seharusnya tidak dilakukan di perpustakaan. Kuharap Kevin bisa mengerti. Dia
bukan anak kecil lagi.
-
Skip
–
Sudah beberapa
menit berlalu, aku tak melihat kedatangan Kevin. Kemana dia? Apa mencari buku
begitu lama seperti ini?
Perasaanku mulai tidak enak. Aku berniat untuk mencarinya.
Aku melangkahkan
kakiku sambil mengalihkan pandangan ke segala arah. “Dimana pria itu?” tanyaku
sendiri.
Hingga telingaku
mendengar sebuah percakapan. Sepertinya itu suara Kevin dan aku mendengar
namaku disebut. Aku menghentikan langkah kakiku dan mendekat pada rak lalu
menguping pembicaraan.
“Wanna try?”
“Sorry, I have girlfriend”
“So am i”
“But..”
“Come on.. no one’s here.. you said it to
Catherine right? Dia tak akan memberikannya padamu. Gadis itu terlalu naif”
“I Love her”
“Sssh... just do it.okay?”
“Okay. You win”
Apa yang sedang
mereka bicarakan? Aku mengintip sedikit di selah-selah sisi rak buku.
Dadaku sesak,
aliran darahku seakan berhenti mengalir. Aku mati rasa. Jantungku berdetak jauh
lebih cepat. Aku melihatnya. Aku melihat mereka... mereka berciuman! Hatiku
seakan remuk, sobek dan hancur sejadi-jadinya. Pipiku memanas dan hidungku
memerah, pandanganku sedikit buram karena air mata sudah berada diujung mataku.
Kevin selalu
berkata kalau dia mencintaiku. Inikah yang ia maksud? Inikah yang ia bilang
mencintaiku?
Ia berciuman
dengan Mandy. Gadis yang menatapku dengan sinis tadi. Oh god, aku benar-benar
tidak bisa melihat hal ini.
“Stop!” bisa
kudengar Kevin mengatakan itu pada Mandy. Ia melepaskan ciumannya pada Mandy.
“Why?”
What the fucking
mandy!! She said what???!!
Aku menggenggam
tanganku geram. Aku ingin sekali menampar gadis itu atau meninjunya.
“Sepertinya aku
melihat seseorang disana” ucap Kevin. Apakah aku yang dia maksud? Maksudmu aku
tertangkap oleh Kevin? Tidak! Dia yang tertangkap olehku. Aku menutup mulutmu.
Mencoba menahan isakanku terdengar oleh mereka.
End of Flashback
***
Setelah kejadian
itu. Aku dan Kevin sama sekali tidak berhubungan baik. Aku tak pernah melihat
pria itu lagi. Aku sudah berjanji takkan pernah mau kembali padanya dan tak
akan mau menghubunginya. Aku berlebihan? Yeah, terserah. Intinya, hatiku sudah
hancur untuknya.
Tapi bolehkah aku
jujur pada kalian? Aku sangat mencintainya. Bahkan saat aku melihatnya tadi,
detak jantungku berbunyi lebih kencang dari biasanya. Aku pun sempat salah
tingkah saat aku hampir tertangkap basah olehnya. Well, setelah aku putus
dengan Kevin. Aku tak pernah bisa melabuhkan hatiku pada pria lain. Harus aku
akui. He’s important for me.
Aku menyelipkan
rambutku kebelakang telinga. Kevin kembali membuka kacamatanya. Ia memijit kepalanya
sejenak. Kutarik nafas panjang. “Fuuhh...”
Baiklah, aku tak
peduli dia akan melihatku sekarang. Jika ia tau sikap yang baik. Ia akan
menyapaku lebih dulu. Tapi, aku tidak akan melakukan itu untuknya. Kalian tau?
Ini sangat amat menyiksaku! Dan jika posisiku ada pada Kevin. Aku yakin dia
juga tersiksa dalam keadaan ini.
Ruang yang ramai
dan sepi tanpa percakapan. Ada aku dan Kevin. Aku yang salah tingkah. Aku yang
tak tau harus melakukan apa saat ia menangkap aku di bola matanya nanti. Help
me!
Dan akhirnya....
pandangan mata Kevin berhenti padaku. Dengan refleks akupun melihat kearahnya.
Kami terlibat kontak mata selama beberapa detik. Kami terdiam sejenak. Tubuhku
seakan tak bisa bergerak saat kami bertatapan. Bibirku pun kaku untuk sekedar mengatakan
‘Hai’ pada pria itu. Kevin melembutkan tatapan matanya dan melekungkan senyum,
ia mengangkat tangan kanannya dan mengatakan “Hai”
Seluruh jantungku
serasa berpesta ria saat ia menyapaku. Jantungku seakan memerintahkan pada
seluruh tubuhku untuk bersalah tingkah didepannya. Aku berusaha untuk terlihat
seperti biasa. Aku mengangkat sebelah tangan dan membalasnya “Hai” aku
tersenyum manis. Ia masih tersenyum. Masih seperti dulu, ia masih tetap
tersenyum manis dan menatapku dengan lembut. Seolah ia membawaku pada masa lalu
indah yang pernah aku lalui bersamanya.
Kevin mengangkat
tubuhnya dari kursi tempat ia duduk, ia masih melihat kearahku. Ia seperti akan
menghampiriku. Aku masih duduk diam dibangkuku. Salah tingkah! Itulah yang aku
takuti saat ini. Aku tak ingin terlihat aneh dimatanya.
Benar saja,
ternyata Kevin berjalan kearah bangkuku. Setelah sampai ia menghampiriku dan
berkata. “Mau keluar sebentar? I wanna ask to you”
“Ask what?”
“Not here.
C’mon...” ia menarik tanganku lembut. Aku tak bisa menolak karena ia sudah
menarikku kearah pintu keluar perpustakaan.
Setelah kami
sampai di taman kampusku. Aku dan dia hanya duduk terdiam disebuah bangku yang
menghadap kearah danau. Disini sangat tenang. Setidaknya hatiku sudah lebih
tenang dibanding tadi.
“So.....what?”
aku memecahkan keheningan diantara kami. Ia menundukan kepalanya.
“Aku tau hubungan
kita sudah tidak baik. Kita bahkan misscomunication selama satu tahun.
Tapi....aku hanya ingin menjelaskan. Aku tak pernah bisa melupakanmu”
Jujur saja, aku
tak suka topik ini. Dan sekarang, aku hanya terdiam. Bibirku terasa kaku dan
tak mau berkata apapun saat ini.
“I know, it was
my fault..”
Aku masih
terdiam. Baguslah ia menyadari kesalahannya.
“Waktu itu....
Mandy mulai menggodaku. Aku tau seharusnya aku tidak tergoda olehnya. Tapi dia
memaksa dan-”
“Seharusnya kau
bisa menahan jika kau benar mencintaiku” potongku. Akhirnya aku bisa berkata
ketus padanya.
“Aku tau... Tapi
keadaannya berbeda. She kisses me first before you saw us” ujarnya sedikit
terlihat frustasi.
“Sebelum kau
datang, ia sudah menggodaku dan menciumku tanpa permisi. Aku tak bisa
memberontak. Dia seorang wanita, aku tak bisa kasar pada seorang wanita!”
Sekarang aku
menunduk. Apa benar kata dia?
Aku sadar, selama
satu tahun ini aku sangat merindukan sosoknya. Pria yang selalu mengucapkan
‘Good Night’ sebelum aku terlelap. Pria yang selalu menenangkan aku dalam
situasi apapun. Pria yang selalu memelukku saat aku sedih.
“Please
Catherine, give me one more chance...” katanya langsung ke mataku. Aku bisa
melihat dimatanya, tak ada kebongan yang terlihat disana. Ia meraih tanganku
dan memohon. “I can’t live without you. I promise i never do it again!”
Aku menepis
tangannya dan mengangkat tubuhku untuk pergi dari hadapannya sekarang juga. Ia
ikut beranjak dan menarik kembali tanganku. Ia seakan tak mau membiarkanku
pergi saat ini.
“Please... i’m
sorry. Aku tau tak ada yang berubah dari kehidupanku saat kau memutuskan
hubungan kita” katanya
“Lalu?” aku jutek
“Tapi rasanya
sangat berbeda” lanjutnya. Mendengar kata itu aku langsung menatap matanya. Aku
menemukan kejujuran dalam matanya. Aku bisa melihat itu.
“Kau tau aku
sangat tidak bisa dan tidak mampu berbohong saat ini”
Aku terdiam. Tak
mampu berkata apapun. Aku menarik nafas.
Aku tersenyum.
“Kau tau? Aku tak pernah bisa menolak jika aku sudah menatap matamu”
“So?” ia bertanya
takut-takut.
“So?”
“Will you be my
girlfriend? Again?” Kevin mengulurkan tangan kanannya. Ia seperti sedang
melamarku. Aku menahan tawa. “Ya, i will Mr. Calder”
Tak bisa menahan
rasa senangnya. Kevin menarikku kedalam pelukannya. Aku sangat merindukan saat
ini. Saat ia membawaku kepelukannya. Saat ketika ia mengelus rambutku ketika
aku berada dipelukannya. Saat angin berhembus ketika aku dan dia berpelukan.
THE END