Selasa, 15 Mei 2012

CERPEN


My Ending Story
Cast : Catherine Johnson and Kevin Calder
Inspired : Taylor Swift MV
Recomended Song : The Story of Us by Taylor Swift

Want to know my name? My name is Catherine Johnson. Umurku 19 tahun. Aku seorang mahasiswa jurusan bahasa perancis di sebuah universitas terkenal di negaraku. Tak banyak orang-orang yang bisa masuk kedalam universitasku ini. Karena universitasku termasuk kedalam jajaran universitas terbaik di amerika.  Sekarang, bolehkah aku berbangga sedikit?
Kau boleh bilang kehidupanku sempurna. Orang-orang bilang aku cantik, pintar dan sangat anggun, berkepribadian menarik dan sangat baik.
Itu semua opini dari orang-orang sekitarku. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk dibilang seperti itu. Gadis sempurna. Itulah yang mereka katakan.

Aku berjalan masuk kedalam perpustakaan di kampusku. Aku menarik salah satu bangku untuk duduk setelah mengambil beberapa buku dari rak-rak tinggi yang mengelilingi ruangan ini. Well, ini adalah perpustakaan. Wajar kan kalau didalamnya banyak sekali buku.

Kuambil kotak kacamata dari tas tanganku lalu memasang kacamata untuk memperjelas tulisan yang akan kubaca.
Aku mulai membuka lembar demi lembar buku itu. Buku yang sangat amat membosankan. Tulisan demi tulisan masuk kedalam mata dan mengisi pikiranku, buku ini sama sekali tidak menyenangkan. Aku lebih suka membaca novel langsung dari bahasa perancis daripada harus membaca buku ini.

30 menit aku berkutat dengan buku bacaanku. Akupun menguap. "Aish.. Membosankan sekali" aku mendengus kasar.
Merasa semakin bosan, aku kembali mengalihkan pandangan keseluruh ruangan perpustakaan untuk sedikit menyegarkan mata. Namun mataku terpaku pada seorang sosok pria yang sedang duduk dibangku didekat libraria, cukup jauh dariku. Tapi aku bisa melihatnya. Aku sangat mengenal wajah itu. Wajahnya masih tetap tampan seperti dulu. Rambutnya sedikit ia pangkas dan terlihat lebih rapi dari yang dulu.
Aku menatapnya tanpa mampu berkedip.
"Kevin" gumamku pelan. Saat aku melihatnya semua memori yang berada diotakku kembali berputar. Segala yang bersangkutan dengan dia terngiang dan teringat lagi di memoriku. Oh god, inikah cobaan untukku?
Aku terus memperhatikannya selama beberapa detik. Kacamata yang bertengger dihidungnya, hidung mancungnya, mata berwarna hijau yang masih bisa kubayangkan kelembutannya.
For god sakes, I miss him!
"What should I do now?" Tanyaku dalam hati masih memperhatikan pria itu.
Kevin melepaskan kacamatanya sejenak kemudian menguap. Ia mengucek matanya untuk memperjelas penglihatannya setelah memakai kacamata.
Sama sepertiku ia sedang mengalihkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Dengan sigap aku mengambil buku tebal dihadapanku lalu mengangkat dan menutup wajahku dengan buku itu. Ayolah, aku tidak mau tertangkap basah sedang memperhatikannya.

"Fuh~" kuhela nafas sejenak mengetahui ia kembali berkutat dengan buku-bukunya.
Aku menolehkan kepala kesamping kanan dan kiriku. Well, mereka semua diruangan ini sedang berkonsentrasi dengan buku-bukunya. Sedang mengerjakan tugas mungkin.

Dan aku bisa menjelaskan, siapa itu Kevin Calder.

 Flashback one year ago

Tepat hari ini, hubunganku dan Kevin tepat berumur 6 bulan. Aku sangat mencintai Kevin. Dan aku tau dia pun begitu.
Hubungan kami semakin lama semakin sempurna. Sosok Kevin yang sangat perhatian padaku ditambah dengan sifatku yang sedikit cemburuan. Mungkin saja ini perpaduan yang aneh. Tapi aku menikmatinya. Banyak orang-orang yang iri pada kami dan mengatakan bahwa mereka ingin menjadi pasangan sesempurna kami. Aku hanya bisa tersenyum kecil untuk menenggapi.

"Hai honey~" sapa Kevin yang baru saja menghampiriku diperpustakaan. Aku yang sedang mencari buku-buku pun menghentikan aktivitasku dan langsung tersenyum kearahnya.
"Hello" balasku. Kevin langsung meraih pinggangku untuk memelukku. "Sedang apa kau?" Tanyanya, aku membalikkan badanku dan menjawab dengan malas "mencari buku. Memang apalagi yang bisa dilakukan di perpustakaan?"
"Yeah... You can do anything's here" jawabnya dengan senyum menggoda. Aku menggelengkan kepala tertawa. "Hahaha, tidak! Jangan menghancurkan imej gadis perpustakaanku Kevin!"
"Hahaha okay okay. I'm kidding"
"Kalau begitu, lebih baik kau ambilkan buku diatas sana" suruhku sambil menunjuk sebuah buku berwarna merah yang terletak beberapa jengkal dari kepalaku.
"Kenapa? Tidak sampai ya? :p" ia malah meledekku sekarang. Maunya apasih pria ini! Aku memanyunkan bibir sok marah.
"Baik baik, akan aku ambilkan" katanya akhirnya. Dengan kakinya yang cukup panjang. Tentu saja, sangat mudah bagi Kevin untuk menggapai buku itu. Ia meraih buku tebal berwarna coklat lalu memberikannya padaku "here is it"
"Thank you hun~" ucapku berterima kasih. Ia mengangkat alis  "hanya itu saja tanda terima kasihnya?" Kevin berkata.
"Hah? Maksudmu?" Aku mengernyitkan alis pura-pura tidak mengerti, walaupun sebenarnya aku sudah tau apa maksudnya.
"Kiss me now" ujarnya melembutkan nada bicaranya dan menunjuk kearah bibirnya.
"No!"
"C'mon, no one here"
"I'm sorry, but I can't. I've told you" aku kembali mempertegas kata-kataku.
"Okay. I approve it" katanya menimpali. Nadanya terlihat malas. Aku menghela nafas lalu duduk dibangku terdekat dari sana.
Kevin mengikutiku dan duduk disampingku. Aku tak melihat ia membawa buku untuk dibaca. Ia duduk disampingku.
Beberapa menit aku membaca buku dengan serius, aku tak melirik sedikitpun kearah Kevin yang masih duduk disampingku. Karena aku tak mau menghancurkan segala konsenstrasiku.
Aku membaca sambil sesekali membolak-balikan halaman. And I feel something weird. Yeah, sepertinya ada yang sedang memerhatikan kami. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat ke sekitar. Gotcha! Seorang gadis tertangkap sedang memperhatikanku dengan pandangan sinis. Dia Mandy, aku sempat sekelas dengannya dalam beberapa pelajaran. Dia selalu saja melayangkan pandangan jutek. Dan aku tak berhubungan baik dengan dia. Well, aku tidak peduli.
“Something wrong with me?” tanyaku menoleh kearah Kevin. “No. Why?”
Aku menggeleng cepat dan berkata “Nothing”. Kemudian aku kembali membaca bukuku dan mengabaikan Kevin lagi.
Merasa bosan, Kevin akhirnya berdiri dan meminta izin padaku “Aku kesana dulu”
“Kemana?” tanyaku
“Looking for some book” jawabnya. Aku mengangguk mengiyakan.
Ck, entah kenapa aku merasa hubungan kami menjadi kaku akibat cek cok kecil yang terjadi sekitar tiga puluh menit yang lalu. Ayolah. Ini demi kebaikanku dan kebaikan dia juga. Aku tak mau tertangkap basah oleh Librarian sedang melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan di perpustakaan. Kuharap Kevin bisa mengerti. Dia bukan anak kecil lagi.
-          Skip –
Sudah beberapa menit berlalu, aku tak melihat kedatangan Kevin. Kemana dia? Apa mencari buku begitu lama seperti ini?
Perasaanku mulai tidak enak. Aku berniat untuk mencarinya.
Aku melangkahkan kakiku sambil mengalihkan pandangan ke segala arah. “Dimana pria itu?” tanyaku sendiri.
Hingga telingaku mendengar sebuah percakapan. Sepertinya itu suara Kevin dan aku mendengar namaku disebut. Aku menghentikan langkah kakiku dan mendekat pada rak lalu menguping pembicaraan.

“Wanna try?”
“Sorry, I have girlfriend”
“So am i”
“But..”
“Come on.. no one’s here.. you said it to Catherine right? Dia tak akan memberikannya padamu. Gadis itu terlalu naif”
“I Love her”
“Sssh... just do it.okay?”
“Okay. You win”
Apa yang sedang mereka bicarakan? Aku mengintip sedikit di selah-selah sisi rak buku.
Dadaku sesak, aliran darahku seakan berhenti mengalir. Aku mati rasa. Jantungku berdetak jauh lebih cepat. Aku melihatnya. Aku melihat mereka... mereka berciuman! Hatiku seakan remuk, sobek dan hancur sejadi-jadinya. Pipiku memanas dan hidungku memerah, pandanganku sedikit buram karena air mata sudah berada diujung mataku.
Kevin selalu berkata kalau dia mencintaiku. Inikah yang ia maksud? Inikah yang ia bilang mencintaiku?
Ia berciuman dengan Mandy. Gadis yang menatapku dengan sinis tadi. Oh god, aku benar-benar tidak bisa melihat hal ini.
“Stop!” bisa kudengar Kevin mengatakan itu pada Mandy. Ia melepaskan ciumannya pada Mandy. “Why?”
What the fucking mandy!! She said what???!!
Aku menggenggam tanganku geram. Aku ingin sekali menampar gadis itu atau meninjunya.
“Sepertinya aku melihat seseorang disana” ucap Kevin. Apakah aku yang dia maksud? Maksudmu aku tertangkap oleh Kevin? Tidak! Dia yang tertangkap olehku. Aku menutup mulutmu. Mencoba menahan isakanku terdengar oleh mereka.
End of Flashback 
***
Setelah kejadian itu. Aku dan Kevin sama sekali tidak berhubungan baik. Aku tak pernah melihat pria itu lagi. Aku sudah berjanji takkan pernah mau kembali padanya dan tak akan mau menghubunginya. Aku berlebihan? Yeah, terserah. Intinya, hatiku sudah hancur untuknya.
Tapi bolehkah aku jujur pada kalian? Aku sangat mencintainya. Bahkan saat aku melihatnya tadi, detak jantungku berbunyi lebih kencang dari biasanya. Aku pun sempat salah tingkah saat aku hampir tertangkap basah olehnya. Well, setelah aku putus dengan Kevin. Aku tak pernah bisa melabuhkan hatiku pada pria lain. Harus aku akui. He’s important for me.

Aku menyelipkan rambutku kebelakang telinga. Kevin kembali membuka kacamatanya. Ia memijit kepalanya sejenak. Kutarik nafas panjang. “Fuuhh...”
Baiklah, aku tak peduli dia akan melihatku sekarang. Jika ia tau sikap yang baik. Ia akan menyapaku lebih dulu. Tapi, aku tidak akan melakukan itu untuknya. Kalian tau? Ini sangat amat menyiksaku! Dan jika posisiku ada pada Kevin. Aku yakin dia juga tersiksa dalam keadaan ini.
Ruang yang ramai dan sepi tanpa percakapan. Ada aku dan Kevin. Aku yang salah tingkah. Aku yang tak tau harus melakukan apa saat ia menangkap aku di bola matanya nanti. Help me!

Dan akhirnya.... pandangan mata Kevin berhenti padaku. Dengan refleks akupun melihat kearahnya. Kami terlibat kontak mata selama beberapa detik. Kami terdiam sejenak. Tubuhku seakan tak bisa bergerak saat kami bertatapan. Bibirku pun kaku untuk sekedar mengatakan ‘Hai’ pada pria itu. Kevin melembutkan tatapan matanya dan melekungkan senyum, ia mengangkat tangan kanannya dan mengatakan “Hai”
Seluruh jantungku serasa berpesta ria saat ia menyapaku. Jantungku seakan memerintahkan pada seluruh tubuhku untuk bersalah tingkah didepannya. Aku berusaha untuk terlihat seperti biasa. Aku mengangkat sebelah tangan dan membalasnya “Hai” aku tersenyum manis. Ia masih tersenyum. Masih seperti dulu, ia masih tetap tersenyum manis dan menatapku dengan lembut. Seolah ia membawaku pada masa lalu indah yang pernah aku lalui bersamanya.
Kevin mengangkat tubuhnya dari kursi tempat ia duduk, ia masih melihat kearahku. Ia seperti akan menghampiriku. Aku masih duduk diam dibangkuku. Salah tingkah! Itulah yang aku takuti saat ini. Aku tak ingin terlihat aneh dimatanya.
Benar saja, ternyata Kevin berjalan kearah bangkuku. Setelah sampai ia menghampiriku dan berkata. “Mau keluar sebentar? I wanna ask to you”
“Ask what?”
“Not here. C’mon...” ia menarik tanganku lembut. Aku tak bisa menolak karena ia sudah menarikku kearah pintu keluar perpustakaan.

Setelah kami sampai di taman kampusku. Aku dan dia hanya duduk terdiam disebuah bangku yang menghadap kearah danau. Disini sangat tenang. Setidaknya hatiku sudah lebih tenang dibanding tadi.
“So.....what?” aku memecahkan keheningan diantara kami. Ia menundukan kepalanya.
“Aku tau hubungan kita sudah tidak baik. Kita bahkan misscomunication selama satu tahun. Tapi....aku hanya ingin menjelaskan. Aku tak pernah bisa melupakanmu”
Jujur saja, aku tak suka topik ini. Dan sekarang, aku hanya terdiam. Bibirku terasa kaku dan tak mau berkata apapun saat ini.
“I know, it was my fault..”
Aku masih terdiam. Baguslah ia menyadari kesalahannya.
“Waktu itu.... Mandy mulai menggodaku. Aku tau seharusnya aku tidak tergoda olehnya. Tapi dia memaksa dan-”
“Seharusnya kau bisa menahan jika kau benar mencintaiku” potongku. Akhirnya aku bisa berkata ketus padanya.
“Aku tau... Tapi keadaannya berbeda. She kisses me first before you saw us” ujarnya sedikit terlihat frustasi.
“Sebelum kau datang, ia sudah menggodaku dan menciumku tanpa permisi. Aku tak bisa memberontak. Dia seorang wanita, aku tak bisa kasar pada seorang wanita!”
Sekarang aku menunduk. Apa benar kata dia?
Aku sadar, selama satu tahun ini aku sangat merindukan sosoknya. Pria yang selalu mengucapkan ‘Good Night’ sebelum aku terlelap. Pria yang selalu menenangkan aku dalam situasi apapun. Pria yang selalu memelukku saat aku sedih.
“Please Catherine, give me one more chance...” katanya langsung ke mataku. Aku bisa melihat dimatanya, tak ada kebongan yang terlihat disana. Ia meraih tanganku dan memohon. “I can’t live without you. I promise i never do it again!”
Aku menepis tangannya dan mengangkat tubuhku untuk pergi dari hadapannya sekarang juga. Ia ikut beranjak dan menarik kembali tanganku. Ia seakan tak mau membiarkanku pergi saat ini.
“Please... i’m sorry. Aku tau tak ada yang berubah dari kehidupanku saat kau memutuskan hubungan kita” katanya
“Lalu?” aku jutek
“Tapi rasanya sangat berbeda” lanjutnya. Mendengar kata itu aku langsung menatap matanya. Aku menemukan kejujuran dalam matanya. Aku bisa melihat itu.
“Kau tau aku sangat tidak bisa dan tidak mampu berbohong saat ini”
Aku terdiam. Tak mampu berkata apapun. Aku menarik nafas.
Aku tersenyum. “Kau tau? Aku tak pernah bisa menolak jika aku sudah menatap matamu”
“So?” ia bertanya takut-takut.
“So?”
“Will you be my girlfriend? Again?” Kevin mengulurkan tangan kanannya. Ia seperti sedang melamarku. Aku menahan tawa. “Ya, i will Mr. Calder”
Tak bisa menahan rasa senangnya. Kevin menarikku kedalam pelukannya. Aku sangat merindukan saat ini. Saat ia membawaku kepelukannya. Saat ketika ia mengelus rambutku ketika aku berada dipelukannya. Saat angin berhembus ketika aku dan dia berpelukan.

THE END 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar